Surat Titipan dari Samosir


Samosir 18 september 2000

Dear Abang,,,,Horas……

Kuharap Abang dalam keaadan sehat tanpa ke kurangan suatu apapun saat menerima surat ku ini,Setengah windu waktu yang kita jalani akan kebersamaan ini,baik suka maupun duka,susah senang kita hadapi bersama sama,namun..sebuah kenyataan ahir nya memisahkan kita Surabaya menjadi Kota pilihan mu,sedangkan aku ahir nya menemukan daerah yang belum pernah ku bayangkan sebelum nya,ini semua demi ikatan Dinas oleh departemen yang ahir nya menempatkan ku di kota kecil ini,yaitu Samosir,

Dua tahun semenjak keberangkatan mu,aku tak pernah menyerah untuk mendapatkan apa yang kita impi impi kan selama ini,masih segar di ingatan ku,betapa besar nya pengorbanan mu kepada ku kala itu,kala kita masih bersama di kampung halaman tercinta,jarak yang begitu jauh antara kampung kita  ke sebuah daerah di kabupaten Deliserdang seolah menjadi begitu dekat kala itu,dimana saat itu kamu menghantarkan ku demi untuk mendaftarkan,dan mengambil sebuah formulir untuk ku,sebagai syarat untuk calon Pegawai Negeri Sipil di daerah itu,Pagi yang masih dingin di selimuti embun pagi seakan tak kamu hiraukan saat kita berangkat menyusuri jalan jalan di kampung kita itu,dua jam lama nya aku duduk di belakang sepeda motor mu,bahkan saat tiba disana pun kamu begitu setia menunggu ku,di tambah senyum yang selalu terlempar dari wajah mu,semua kita jalani bersama meskipun ahir nya aku kalah saat itu,begitu nama nama yang terpampang tak mencantum kan nama ku,aku pasrah…..

Entah berapa kali sebuah kata Minta tolong ter ucap dari mulut ku buat mu,tak pernah kamu menolak,tak pernah kamu menggerutu,meski sebenar nya aku tau saat itu posisi mu sedang sibuk,namun segalanya kmu lakukan buat ku,dengan tulus,jujur dan setia,bahkan cerita yang paling segar di ingatan ku dan ini kisah yang tak akan pernah ku lupakan sepanjang masa saat kamu Rela menjual sepeda motor kesayangan mu,ketika aku lagi lagi meminta tolong kepada mu,sebuah kesalahan besar yang ku lakukan ketika masih tinggal di Asrama,hingga ahir nya aku membayar sejumlah uang yang diminta oleh seseorang untuk membayar segala yang ku lakukan itu,aku sadar akan kebodohanku kala itu.

Saat itu aku menelepon mu dengan Suara ku yang masih serak dan sesekali aku ter isak tangis mengadu kepada mu,sungguh seakan sebuah muzizat dari Sang Khalik karena saat tiba kamu tiba esok hari nya di Asrama ku,kamu telah membawa sejumlah uang yang ku sebutkan sebelum nya,itu semua kamu lakukan semata mata karena kamu menyangi aku,dan aku juga sangat menyayangi diri mu,meski ahir nya,satu bulan sesudah itu aku baru mengetahui uang yang kamu dapat kan itu adalah hasil menjual sepeda motor kesayangan mu,ada rasa kecewa kala itu rasa kecewa bercampur terharu,aku menyadari begitu  besar pengorbanan  yang telah kamu berikan terhadap ku,kisah kebodohan yang berujung membayar uang ini ahir nya tersimpan rapat rapat kepada kedua orang tua ku hingga saat ini,yang sebenar nya sangat melarang Hubungan yang kita jalani selama ini,sebuah hubungan yang kita awali sejak kelas dua SLA di kampung halaman,

Abang yang ku sayangi,,,,ada kala nya aku menangis akan menerima semua kenyataan pahit ini,kenyataan yang tak pernah ku ingin kan sebelum nya,meski lambat laun dapat aku prediksi,dalam surat ini aku ingin semua ke rinduan ku,semua keluh kesal ku semua permasalahan yang mengawali akan terlarang nya hubungan kita ini akan saya jabarkan satu demi satu,meski air mata ku selalu menetes tak henti ketika menuliskan ini semua di atas kertas ini.

Berawal dari Perselisihan kedua orang Tua kita di kampung halaman,yang tak pernah kunjung usai entah apa sebenar nya pemicu perselisihan kedua orang Tua kita kala itu,hingga ahir nya sangat mempengaruhi hubungan kisah cinta kita,bahkan ketika kedua orang tua kita mengetahui hubungan kita,mereka menentang sangat keras,bahkan nada ancaman sempat terlontar dari Ayah ku kala itu,dengan kata kata yang tak bisa ku logika kan alahsil tak ada pilihan lain,terkadang aku tak habis pikir,,begitu Ego nya kedua orang tua kita hingga ahir nya mengorban kan perasaan anak anak nya yang sebenar nya tak tau apa apa tentang permasalahan itu,aku sadar hanya kekuatan cinta kita lah yang dapat mengalahkan semua itu,dan mungkin kamu juga paham seperti apa sifat Ayah ku yang sangat keras ini

Meskipun sebenar nya  hubungan kita ini mendapat penolakan,di tentang dan dilarang,namun cinta kita tak bisa dikalahkan oleh benih benih permusuhan Orang tua kita,benih permusuhan yang mereka tanamkan ahir nya kita tuai dengan benih cinta oleh anak anak nya,hingga ahir nya kita melanjutkan sekolah ke jenjang berikut nya,aku memilih melanjutkan pendidikan ke sebuah Akademi Keperawatan di kota Tanjung Morawa,sementara kamu lebih beruntung dapat melanjutkan kuliah di salah satu Universitas Negeri di kota Medan,kisah cinta yang kita jalani semua berjalan bak air mengalir di dalam pipa pipa yang  mengalir panjang,berjalan dan mengalir namun tak terlihat oleh mata,didalam nya mengalir arus yang deras,demikian juga akan hal nya dengan perjalanan cinta kita yang terkadang tak terlihat oleh kedua orang tua kita masing masing,sedikit demi sedikit,satu tahun dua tahun tiga tahun…hingga empat tahun,aku mencoba meyakinkan Ayah dan Ibuku untuk merestui hubungan kita ini,namun semua nya kandas,mereka tetap pada pendiriannya,bahkan suatu ketika aku sempat kabur dari rumah ketika sang Ayah membentak ku dengan sangat keras,ketika aku mencoba meminta pendapat mereka,ayah ku mengatakan,lebih baik aku tidak  usah lagi pulang ke rumah ini jika aku tetap memilih abang.

Aku masih mengingat saat baru lulus dari Akademi  aku mencoba meminta izin untuk pergi ke Jakarta mencari peluang kerja,namun lagi lagi ayah ku menggagalkan rencana ku ini,beliau ber pendapat  jika aku ke Pulau Jawa maka tak lain tak bukan aku pasti ingin menemui Abang,meski sebenar nya aku tak menampik dugaan ayah ku tersebut,yang kala itu semenjak  kamu lulus Kuliah langsung Hijrah ke Surabaya, saat itu  aku pergi meninggalkan Rumah,selama 4 hari lama nya aku di Rumah Namboru ku di Tebing Tinggi,aku bercerita panjang lebar,megadukan semua keluh kesah ku dan menangis di pangkuan Namboru ku,saat itu namboru ku berusaha memberikan pandangan,pendapat dan memberikan semangat kepada ku,hingga ahirnya hari ke lima kedua orang tua ku menjemput ku ke rumah Namboru ku,saat itu,namboru sempat memarahi ayah ku,dan berkeras tak mengizinkan aku dibawa kembali ke kampung halaman.namun Air mata Ibuku ahir nya meluluhkan hati ku,aku sungguh tak tega melihat Ibuku menangis,yang memang sangat jarang aku lihat menangis,

“Boru hasian ku,,mulak ma hita inang (Mari kita pulang Anak ku) kata ibu ku memohon kepada ku,,,

“Aku tidak mau pulang,,”jawab ku di samping namboru ku yang saat itu sebagai pembela sejati ku,

“molo na ikkon adong do pangidoan mu,,dioloi hami pe Inang(jika kamu pnya ke inginan kami akan kabulkan)kata Ayah ku lagi pada ku,saat itu aku menangis ketika melihat ibu ku menangis,Namboru memeluk ku dengan erat,saat itu juga aku meminta satu permohonan yang sebenar nya sangat sederhana dan prmohonan ku ini sudah dapat mereka tebak sebelum nya,akan tetapi terasa sangat berat sekali untuk mereka kabulkan.

“Ibu,,Ayah,,,hanya satu permintaan ku,izin kan hubungan kami yang selama ini kami jalani,,itu saja.

Ayah ku hanya duduk terdiam saat aku mengatakan permintaan ku ini,dan ibu ku terlihat menghela nafas panjang,hening seketika saat itu,dan Namboru ku mencoba memberi pendapat kepada ayah dan ibu,dan tentu nya pendapat namboru ku ini berada sebagai pembela sejati ku,Namboru berpikiran lebih modern ketimbang Ibu dan ayah ku,aku memahami ini karena  Namboru sudah berdomisili sangat lama di kota,bahkan semenjak remaja pun namboru ku sudah tinggal di kota,berbeda dengan orang tua ku.

“Unang alani parsoalan ni na tua tua ito,,gabe sinuan sahat tu anakkon(jangan karena permasalahan sesama orang tua kita bawa dan turunkan hingga ke anak kita ito) hanya itu yang Namboru ucapkan kepada Ayah ku saat itu.Singkat cerita,ahir nya akupun pulang bersama Ayah dan Ibu ku ke kampung halaman,dan sebelum pulang mereka berjanji mengabulkan ke inginan ku itu.

Satu bulan kemudian..

Aku mencoba mencoba melamar bekerja di salah satu Rumah sakit di kota Medan,nasib mujur menghampiriku ahir nya aku bekerja disana,saat itu hubungan komunikasi kita berjalan baik baik saja aku selalu mengabarkan keadaan ku kepada mu,begitu juga dengan mu,bahkan aku berencana ingin segera mendatangi mu ke Kota Surabaya,kota yang menjadi pilihan hidup mu disana,semua nya kamu sambut dengan senang hati,akan tetapi dua bulan kemudian hubungan komunikasi kita terputus,entah apa penyebab nya,nomor telepon Rumah mu yang biasa saya hubungi tiba tiba tak dapat lagi di hubungi hingga waktu yang sangat lama.gelisah,ragu dan bingung semua nya bercampur aduk,aku tidak tau lagi menghubungi mu kemana.

Dua tahun lama nya aku merasa kebingungan akan semua kenyataan ini,aku bingung akan kejelasan hubungan yang sudah lama kita bina ini,entah kemana diri mu kini abang?aku menyayangi kamu lebih dari apa yang kamu bayangkan,dua tahun terahir ini aku bagaikan menunggu sesuatu dari mu yang jadi semakin tidak pasti,jika memang kamu sudah menemukan penggantiku yang jauh lebih baik,jauh lebih sempurna tanpa ada larangan dari orang tua,maka aku pun sangat senang mendengar berita itu,asalkan abang tau,hubungan yang selama ini di tentang dan dilarang sangat keras oleh ayah dan ibu ku,sebuah ke inginan yang lama kita cari cari,ahir nya mereka kabulkan.

Abang…..tiga bulan yang lampau aku mencoba lagi melamar Pegawai Negeri Sipil di departemen kesehatan,dan Puji Tuhan ahir nya aku Pun menang,aku bahagia,ingin rasa nya aku membagi kebahagiaan yang ku miliki dapat kamu rasakan,karena sebuah perjuangan panjang yang pernah kita jalani bersama kini ahir nya tercapai juga,bahkan saat aku mengetahui bahkan nama ku tercantum di koran,aku sempat menangis terharu,dan ku coba mendatangi suatu tempat dimana kita sering mengunjungi nya ketika kita masih bersama di kampung halaman dulu,suatu tempat yang pernah kamu katakan sebagai Hadiah ulang Tahun ku,tempat yang selalu abadi sepanjang masa,demikian lah hal nya cinta mu kepada ku.aku tertegun disana,aku membayangkan sosok diri mu ada disamping ku,sambil tertawa bercanda,berlari dan mengejar mu,sebagai ekspresi kebahagiaan kita atas tercapai nya cita cita ku,cita cita kita yang selama ini kita perjuangkan,namun itu semua hanya hayalan ku,kenyataan nya,,aku datang kesana sendiri hanya ditemani suara angin yang berhembus melewati daun daun pohon pinus,bersuit ber irama,yang bisa kulakukan hanya mengenang masa lalu yang indah.

Abang ku….mulai sekarang  jangan lagi pernah kawatirkan diri ku,diri ku yang pernah mencitai mu,diri ku yang dulu pernah mengisi relung relung hati mu,karena sesungguh nya kini aku telah memiliki seorang pengganti diri mu,seseorang yang kusebut sebagai Pangeran pendamping,yaitu seorang sahabat yang kamu kenal juga,salah satu sahabat  kecil mu yang pernah kamu ajak  berlomba memanjat pohon pinang dan memetik buah nya serta memberikan nya kepada ku,di tempat dimana kita sering bermain bersama kala kecil,jika dulu ia kalah terhadap kamu,,maka sekarang ia telah menang dan ahir nya mendapatkan ku,kebetulan dia ditempatkan di daerah Samosir juga sebagai Pengajar(Guru),namun berbeda kecamatan,sesungguh nya ini semua terjadi karena kabar mu tak kunjung tiba bahkan hingga saat ini.

Maafkan segala kesalahan ku Bang,,sesungguh nya bukan aku yang ingkar atau lari dari kenyataan bahkan perjuangan yang aku jalani semua seakan menjadi sia sia,kisah cinta yang selama ini ku miliki untuk mu akan ku simpan rapat rapat di dalam lubuk hati ku yang terdalam,kelak itu semua akan ku ceritakan kembali kepada anak anak ku,bahwa Ibu nya pernah memiliki seorang Pangeran sehebat diri mu,sekali lagi,kabar mu jua lah yang membuatku menentukan dan mengambil keputusan ini,aku tadi nya berharap semua yang telah aku capai,semua telah kudapatkan segala apa yang kita impi impikan ini,kelak menjadi kado spesial buat kamu ketika kita menikah kelak dan berjalan ke depan menuju Altar.Ku titipkan surat ini kepada salah satu teman sekampung kita,saat kami bertemu di kampung halaman kita,serta aku berpesan untuk menyampaikan Surat ini jika kelak bertemu dengan mu di negeri nun jauh disana,karena sesungguh nya aku tidak pernah tau alamat mu untuk mengirimkan surat ini.

Demikian surat singkat ini saya kirimkan buat Abang,Salam Rindu dari ku,yang pernah Mencintai mu.Salam…….

*HORAS*

Bekasi 06/11/2010 By Bresman Silalahi

Tentang Bresmansilalahi

Belajar dari hal yang sangat kecil dan sederhana,untuk menemukan sesuatu yang lebih besar dan bermanfaat.
Pos ini dipublikasikan di Kisah dan tag . Tandai permalink.

4 Balasan ke Surat Titipan dari Samosir

  1. Agus Coco berkata:

    Lumayan Do ateh Blog ihhh…lanjut

  2. albret mbako pinem berkata:

    wah sungguh terharu saya baca cerita ini.penuh inspirasi.saluuut.

  3. albret mbacona pinem berkata:

    wah kisah yang mengharukan.aku suka cerita nya.

Tinggalkan Balasan ke Agus Coco Batalkan balasan